'/> Terjemahan Naskah Pidato Presiden Barak Obama

Info Populer 2022

Terjemahan Naskah Pidato Presiden Barak Obama

Terjemahan Naskah Pidato Presiden Barak Obama
Terjemahan Naskah Pidato Presiden Barak Obama
Text of President Barak Obama Inaugural Speech
Posted on January 21, 2009
Filed Under Asides
Rekan-rekan sebangsa dan setanah air:

Saya berdiri di sini hari ini berkhidmat dengan kiprah di depan kita, berterima kasih atas kepercayaan yang Anda amanatkan dan teringat akan pengorbanan oleh leluhur kita. Saya berterima kasih kepada Presiden Bush atas jasanya pada bangsa kita dan juga atas kebaikan hati serta kerjasama yang ditunjukkannya selama masa transisi ini.

Sudah 44 warga Amerika yang diambil sumpahnya sebagai presiden. Kata-kata dalam sumpah jabatan itu telah diucapkan di masa kemakmuran dan di masa damai. Namun, ada kalanya sumpah jabatan kepresidenan itu diambil di tengah-tengah situasi gawat dan angin ribut yang berkecamuk. Pada saat-saat demikian, Amerika bisa terus berjaya bukan hanya alasannya yaitu ketrampilan atau visi mereka yang memegang kepemimpinan namun alasannya yaitu kita rakyat Amerika tetap setia pada harapan leluhur kita dan setia pada dokumen-dokumen yang dirumuskan oleh para bapak pendiri negara.

Demikianlah adanya dan memang selalu demikianlah yang harus dilakukan oleh generasi Amerika kini ini.

Sudah kita maklumi bersama bahwa kita sedang berada di tengah krisis. Bangsa kita sedang terlibat perang, melawan jaringan kekerasan dan kebencian yang jauh jangkauannya. Ekonomi kita sangat lemah, jawaban ketamakan dan tindakan tidak bertanggung jawab oleh sebagian pihak, tetapi juga alasannya yaitu kegagalan kita secara kolektif untuk membuat pilihan-pilihan sulit dan kegagalan kita mempersiapkan bangsa di hadapan kurun baru. Banyak rumah disita, lapangan kerja merosot drastis, banyak usaha gulung tikar. Asuransi kesehatan kita terlalu mahal, murid-murid sekolah kita banyak yang gagal dan setiap hari makin terang bahwa cara kita memanfaatkan energi justru memperkuat musuh-musuh kita dan mengancam planet kita.

Semua itu merupakan indikator krisis, yang didasarkan pada data dan statistik. Yang kurang bisa diukur tetapi tidak kurang pentingnya yaitu melemahnya keyakinan di seluruh pelosok Amerika – kecemasan tak berkesudahan bahwa kemerosotan Amerika tidak bisa terbendungkan lagi dan bahwa generasi berikutnya harus meredam harapan-harapannya.

Hari ini saya tegaskan kepada kalian bahwa tantangan-tantangan yang kita hadapi yaitu nyata. Tantangan begitu serius dan berbilang. Tidak akan praktis diatasi dan tidak bisa diatasi dalam jangka pendek. Tetapi ketahuilah ini, Amerika, kita kan bisa mengatasi semua tantangan ini.

Pada hari ini, kita berkumpul alasannya yaitu kita lebih menentukan harapan ketimbang ketakutan, kesatuan tujuan daripada konflik dan pertentangan.

Pada hari ini, kita berkumpul untuk menyatakan berakhirnya keluhan-keluhan kecil dan janji-janji palsu, saling-tuduh dan dogma=dogma lama yang sudah begitu lama mencekik politik kita.

Negara kita masih muda, dengan meminjam kata-kata dalam Kitab Suci, saatnya sudah datang kita menepiskan sifat ke kanak-kanakan. Saatnya sudah datang untuk menandaskan lagi semangat kita yang tegar, menentukan jalan sejarah yang lebih baik, melanjutkan warisan berharga, gagasan mulia yang diteruskan dari generasi ke generasi: yaitu akad Tuhan bahwa kita semua setara, kita semua bebas dan semua layak memperoleh kesempatan untuk mengejar kebahagiaan sepenuhnya.

Dalam menandaskan kebesaran bangsa kita, kita memahami bahwa kebesaran tak pernah diberikan begitu saja. Mencapai kebesaran harus dengan kerja-keras. Perjalanan yang kita tempuh tak pernah mengambil jalan pintas. Perjalanan kita bukan bagi mereka yang praktis putus asa, bukan bagi mereka yang suka bermalas-malas daripada bekerja atau bagi yang hanya mengejar kekayaan dan menjadi terkenal. Perjalanan kita yaitu bagi mereka yang berani mengambil risiko, mereka yang melaksanakan hal-hal gres dan membuat barang-barang baru. Sebagian mereka menjadi terkenal, tetapi kerap kali mereka yaitu laki-laki dan perempuan yang tak begitu dikenal dalam pekerjaan mereka, yang telah mengusung kita di atas jalan berbatu menuju kemakmuran dan kebebasan.

Demi kita, mereka mengemas harta milik mereka yang tak seberapa dan menyeberangi samudera untuk mencari kehidupan baru.

Demi kita, mereka banting-tulang dengan upah minim dan menetap di Pantai Barat, menahan pukulan cambuk dan mencangkul tanah yang keras.

Demi kita, mereka bertempur dan gugur, di tempat-tempat menyerupai Concord dan Gettysburg, Normandy dan Khe San.

Pria dan perempuan ini terus berjuang dan berkorban dan bekerja hingga kulit tangan mereka mengelupas, biar kita bisa mengecap kehidupan yang lebih baik. Mereka melihat Amerika bisa menjadi lebih besar dari sekedar ambisi-ambisi kita secara perorangan dijumlahkan, lebih besar daripada perbedaan status keluarga atau kekayaan ataupun partai atau kelompok.

Perjalanan inilah yang kita teruskan hari ini. Kita masih merupakan negara paling makmur dan paling besar lengan berkuasa di Bumi. Para pekerja kita tidak kurang produktifnya dibandingkan dengan waktu ketika krisis ini dimulai. Otak kita masih seinventif menyerupai pada awal krisis ini, barang dan jasa kita masih diharapkan menyerupai pada ahad kemudian atau bulan kemudian atau tahun lalu.Kemampuan kita tetap tak berkurang. Tetapi masa kita untuk berdiam diri, melindungi kepentingan sempit dan menunda keputusan-keputusan yang tak menyenangkan, sudah harus berlalu. Mulai hari ini, kita harus berdiri sendiri, membersihkan debu yang melekat dan mulai lagi bekerja memperbaharui Amerika.

Karena kemana saja kita melihat, ada yang harus kita lakukan. Keadaan ekonomi mengharuskan tindakan yang berani dan segera dan kita akan bertindak bukan hanya untuk membuat lapangan kerja baru, tetapi untuk meletakkan dasar bagi pertumbuhan. Kita akan membangun jalan dan jembatan, jaringan listrik dan jaringan digital yang menyuburkan perdagangan dan mengikat kita bersama. Kita akan memulihkan sains ke kawasan yang selayaknya dan memakai kehebatan teknologi untuk meningkatkan mutu perawatan kesehatan dan menurunkan biayanya. Kita akan memanfaatkan tenaga matahari, tenaga angin dan lainnya untuk menjalankan mobil-mobil dan pabrik-pabrik kita. Dan kita akan mengubah sekolah dan akademi tinggi dan universitas untuk memenuhi tuntutan era baru. Semua ini bisa kita lakukan. Dan semua ini akan kita lakukan.

Tentu, ada orang yang mencurigai besaran ambisi kita – dengan menyampaikan sistem ekonomi kita tidak bisa mentolerir terlalu banyak rencana-rencana besar. Daya ingat mereka tidak cukup lama. Mereka telah melupakan apa yang dilakukan negara ini, apa yang bisa dicapai oleh laki-laki dan perempuan yang hidup bebas, apabila imajinasi digabung demi tujuan bersama dan kebutuhan digabung dengan ketabahan.

Yang tidak dipahami oleh mereka yang sinis yaitu tanah kawasan mereka berpijak telah bergeser, bahwa argumen lama dalam politik yang telah begitu lama menyita waktu kita – tidak lagi berlaku. Pertanyaan yang kita olok-olokan kini bukan apakah pemerintah kita terlalu besar atau terlalu kecil, tetapi apakah pemerintah kita bisa berfungsi, apakah pemerintah bisa membantu para keluarga mendapat pekerjaan dengan upah yang layak, asuransi kesehatan yang terjangkau dan pensiun yang berarti. Apabila jawabannya – ya, kita akan terus bergerak maju. Apabila jawabannya tidak, programnya akan dihentikan. Dan mereka yang mengelola uang rakyat akan dimintai pertanggung-jawabannya – supaya mengeluarkan uang secara bijaksana, mengubah kebiasaan jelek dan melaksanakan bisnis kita dengan jujur – alasannya yaitu hanya dengan demikian kita bisa memulihkan kepercayaan penting antara rakyat dan pemerintah.

Kita juga tidak mempertanyakan apakah kekuatan pasar bebas itu baik atau buruk. Kekuatan pasar bisa membina kekayaan dan memperluas kebebasan kita. Tetapi krisis ini telah mengingatkan kita bahwa tanpa pengawasan yang ketat, kekuatan pasar bebas itu bisa terlepas dari kontrol dan suatu bangsa tidak akan bisa berjaya apabila hanya mementingkan orang kaya. Keberhasilan ekonomi kita tidak hanya tergantung pada besarnya Produk Domestik Bruto, tapi seberapa jauh meluasnya kemakmuran itu, pada kemampuan kita menawarkan kesempatan kepada tiap orang yang mau bekerja dan bukan alasannya yaitu belas kasihan alasannya yaitu itulah jalan yang paling niscaya guna mencapai kemakmuran bersama.

Mengenai pertahanan kita bersama, kita menolak dan menganggap palsu pilihan antara keselamatan dan idaman atau harapan kita. Para Pendiri Negara ini dihadapkan pada ancaman yang tak terbayangkan, menyusun sebuah piagam untuk menjamin supremasi aturan dan hak setiap orang, sebuah piagam yang diperkuat oleh usaha generasi demi generasi. Semua harapan ini masih menerangi dunia dan kita tidak akan meninggalkannya demi mencapai penyelesaian yang cepat. Karena itu, bagi semua orang dan pemerintahan yang menyaksikan peresmian hari ini, mulai dari kota-kota yang termegah hingga ke desa kecil di mana ayah saya dilahirkan, ketahuilah bahwa Amerika yaitu sahabat setia negara dan sahabat setiap pria, setiap perempuan dan setiap anak yang menghendaki masa depan yang tenang dan bermartabat dan bahwa kita siap untuk memimpin lagi.

Ingatlah bahwa generasi-generasi sebelumnya menundukkan fasisme dan komunisme bukan hanya dengan misil dan tank, tetapi dengan aliansi yang kokoh dan keyakinan besar. Mereka memahami bahwa kekuatan saja tidak bisa melindungi kita dan bahwa kekuatan itu tidak memberi kita hak berbuat sekehendak hati kita. Sebaliknya mereka tahu bahwa kekuatan kita tumbuh melalui penggunaan yang bijaksana, keamanan kita berasal dari adilnya tujuan kita, kekuatan pola yang kita berikan dan kerendahan hati serta kemampuan menahan diri.

Kita yaitu penjaga warisan ini. Dibimbing oleh prinsip-prinsip ini, sekali lagi kita bisa menghadapi ancaman-ancaman gres itu yang menuntut upaya lebih besar, bahkan kerja-sama dan pemahaman lebih besar antar-negara. Kita akan mulai secara bertanggung jawab meninggalkan Irak kepada bangsa Irak dan menempa perdamaian di Afghanistan. Bersama teman-teman lama dan bekas saingan kita, Amerika akan bekerja tanpa lelah untuk mengurangi ancaman nuklir dan mengurangi ancaman pemanasan bumi. Kita tidak akan minta maaf atas cara kehidupan Amerika, tidak akan goyah dalam mempertahankannya dan bagi mereka yang hendak memaksakan tujuan mereka dengan terror dan membantai orang-orang tak bersalah, kami katakan kepada mereka, semangat kita lebih kuat dan tidak terpatahkan, kalian tidak akan unggul dari kami dan kalian akan kami kalahkan.

Kami sadar bahwa warisan bangsa yang beraneka warna yaitu suatu kekuatan dan bukannya sebuah kelemahan. Bangsa kita terdiri dari orang Katolik dan Islam, Yahudi dan Hindu dan bahkan orang-orang yang tidak percaya pada Tuhan. Kita telah dibuat oleh adonan banyak sekali bahasa dan kebudayaan, yang berasal dari segala pelosok dunia. Dan alasannya yaitu kita telah mencicipi pahitnya perang saudara dan segregasi rasial dan keluar dari masa kegelapan menjadi sebuah bangsa yang lebih kuat dan lebih bersatu, kita yakin bahwa pada suatu hari nanti semua rasa kebencian akan hilang, bahwa semua garis-garis pembatas antar suku bangsa akan luluh dan bahwa dunia ini akan menjadi semakin kecil. Kerendahan hati kita akan tampak dengan sendirinya dan Amerika harus memainkan kiprahnya dalam menyongsong era perdamaian yang baru.

Bagi dunia Muslim, kami akan mencari cara gres ke depan menurut pada kepentingan bersama dan saling menghormati. Bagi para pemimpin dunia yang berusaha menanam bibit konflik atau menyalahkan dunia Barat atas kesulitan-kesulitan yang dialami masyarakatnya, ketahuilah bahwa rakyat Anda akan menilai Anda pada apa yang Anda bangun, bukan pada apa yang Anda musnahkan. Bagi mereka yang hendak menggenggam kekuasaan melalui korupsi dan kekejian dan membungkam orang yang tidak sepakat pada kebijakan mereka, yakinlah bahwa kalian keliru, tapi kami akan mengulurkan tangan kalau kalian tidak lagi mengepalkan tinju.

Bagi rakyat negara-negara miskin, kami berjanji akan bekerja bersama kalian untuk membuat ladang kalian subur dan membuat air higienis mengalir, untuk memberi makan badan yang kelaparan dan memenuhi kebutuhan jiwa. Dan kepada negara-negara menyerupai negara kita yang relatif menikmati kemakmuran, kita tidak bisa lagi bersikap tidak peduli pada kesengsaraan di luar negara kita dan kita tidak bisa menghabiskan sumber-sumber dunia tanpa mempedulikan dampaknya. Karena dunia sudah berubah dan kita harus berubah dengannya.

Sambil kita mempertimbangkan jalan yang terbentang di depan kita, kita mengingat dengan rasa terima kasih orang-orang Amerika yang gagah berani, yang pada ketika ini, berpatroli di gurun dan gunung yang sangat jauh. Ada sesuatu yang hendak mereka katakan pada kita hari ini, menyerupai yang dibisikkan sepanjang masa oleh para pahlawan kita yang kini dimakamkan di Arlington. Kita menghormati mereka bukan hanya alasannya yaitu mereka menjaga kebebasan kita tetapi alasannya yaitu mereka memperlihatkan arti pengorbanan, kesediaan untuk mencari makna yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Dan pada ketika ini, ketika yang akan tercatat dalam sejarah generasi – semangat inilah yang harus ada pada kita semua.

Sebanyak apapun yang bisa dan harus dilakukan pemerintah, pada alhasil kepercayaan dan tekad rakyat Amerika-lah yang diandalkan negara ini. Misalnya kebaikan hati untuk menampung orang yang kena tragedi alam walaupun tidak kita kenal atau pekerja yang tanpa pamrih rela mengurangi jam kerja mereka daripada melihat seorang sahabat di-PHK, yang membuat kita keluar dari kegelapan. Adalah keberanian para pemadam kebakaran untuk menerobos masuk ke rumah yang penuh asap dan juga kesediaan orang bau tanah untuk membesarkan anak, yang kelak akan menentukan nasib kita.

Tantangan kita mungkin baru. Alat-alat yang kita gunakan untuk mengatasinya mungkin baru. Tetapi pada nilai-nilai itulah keberhasilan kita bergantung – yaitu kerja keras dan kejujuran, ketabahan dan berlaku secara adil, toleransi dan rasa ingin tahu, kesetiaan dan patriotisme – semua itu sudah lama ada. Semua itu memang benar. Semua itu telah menjadi kekuatan kemajuan sepanjang sejarah. Makara yang dituntut kini yaitu kembalinya kepada nilai-nilai ini. Apa yang diharapkan dari kita kini ini yaitu era pertanggungjawaban yang gres – suatu pengakuan, dari tiap orang Amerika, bahwa kita memiliki kewajiban bagi diri kita sendiri, bagi negara kita dan bagi dunia, kewajiban yang kita lakukan dengan senang hati, bukan dengan bersungut-sungut alasannya yaitu kita tahu tidak ada yang lebih memuaskan bagi jiwa kita, yang merupakan definisi abjad kita, daripada menawarkan segalanya untuk menuntaskan kiprah yang sulit.

Inilah pengorbanan dan akad kewarganegaraan.

Inilah yang menjadi sumber keyakinan kita – pengetahuan bahwa Tuhan meminta kita untuk memperbaiki keadaan yang tidak pasti.

Inilah arti kebebasan dan kepercayaan kita- mengapa laki-laki dan perempuan dan bawah umur dari tiap ras dan tiap keyakinan bisa ikut dalam perayaan di lapangan yang indah ini dan mengapa seorang laki-laki yang ayahnya lebih 60 tahun kemudian mungkin tidak dilayani di restoran, kini bisa berdiri di depan anda untuk diambil sumpahnya sebagai presiden.

Jadi marilah kita hari ini mengenang siapa kita dan sejauh mana jalan yang kita tempuh. Pada tahun kelahiran Amerika, pada bulan yang terdingin, sekelompok patriot berkumpul di depan api unggun yang mulai padam di bantaran sungai yang beku. Ibukota telah ditinggalkan, musuh terus maju, salju tampak berlumuran darah. Pada ketika itu, ketika nasib revolusi kita sangat diragukan, bapak bangsa kita memerintahkan supaya kalimat berikut dibacakan kepada semua rakyat Amerika:

“Beritahukanlah pada dunia masa depan, bahwa di tengah animo dingin, ketika apapun tiada kecuali harapan dan kebajikan – bahwa kota-kota dan negara, waspada akan ancaman bersama, alhasil bersatu untuk menghadapinya.”

Amerika; Dalam menghadapi musuh bersama, dalam masa sulit kita ini, mari kita ingat kata-kata emas itu. Dengan harapan dan kebajikan, mari kita hadapi bersama sekali lagi sungai beku ini dan bertahan dari angin ribut apapun yang akan tiba. Biarkan cucu-cucu kita berkata bahwa kita telah diuji dan kita tidak akan mengakhiri perjalanan ini, bahwa kita tidak mundur dan mata kita terpaku ke ufuk fajar dan dengan berkat Tuhan, kita meneruskan berkah kebebasan dan mengantarkannya dengan selamat bagi generasi masa depan. (sumber: antara.co.id)

Ini Versi Asli Bahasa Inggrisnya :

Full transcript as prepared for delivery of President Barack Obama’s inaugural remarks on Jan. 20, 2009, at the United States Capitol in Washington, D.C.
My fellow citizens:
I stand here today humbled by the task before us, grateful for the trust you have bestowed, mindful of the sacrifices borne by our ancestors. I thank President Bush for his service to our nation, as well as the generosity and cooperation he has shown throughout this transition.

Forty-four Americans have now taken the presidential oath. The words have been spoken during rising tides of prosperity and the still waters of peace. Yet, every so often the oath is taken amidst gathering clouds and raging storms. At these moments, America has carried on not simply because of the skill or vision of those in high office, but because We the People have remained faithful to the ideals of our forbearers, and true to our founding documents.

So it has been. So it must be with this generation of Americans.

That we are in the midst of crisis is now well understood. Our nation is at war, against a far-reaching network of violence and hatred. Our economy is badly weakened, a consequence of greed and irresponsibility on the part of some, but also our collective failure to make hard choices and prepare the nation for a new age. Homes have been lost; jobs shed; businesses shuttered. Our health care is too costly; our schools fail too many; and each day brings further evidence that the ways we use energy strengthen our adversaries and threaten our planet.

These are the indicators of crisis, subject to data and statistics. Less measurable but no less profound is a sapping of confidence across our land – a nagging fear that America’s decline is inevitable, and that the next generation must lower its sights.

Today I say to you that the challenges we face are real. They are serious and they are many.

They will not be met easily or in a short span of time. But know this, America – they will be met. On this day, we gather because we have chosen hope over fear, unity of purpose over conflict and discord.
On this day, we come to proclaim an end to the petty grievances and false promises, the recriminations and worn out dogmas, that for far too long have strangled our politics.

We remain a young nation, but in the words of Scripture, the time has come to set aside childish things. The time has come to reaffirm our enduring spirit; to choose our better history; to carry forward that precious gift, that noble idea, passed on from generation to generation: the God-given promise that all are equal, all are free, and all deserve a chance to pursue their full measure of happiness.

In reaffirming the greatness of our nation, we understand that greatness is never a given. It must be earned. Our journey has never been one of short-cuts or settling for less. It has not been the path for the faint-hearted – for those who prefer leisure over work, or seek only the pleasures of riches and fame. Rather, it has been the risk-takers, the doers, the makers of things – some celebrated but more often men and women obscure in their labor, who have carried us up the long, rugged path towards prosperity and freedom.
For us, they packed up their few worldly possessions and traveled across oceans in search of a new life.
For us, they toiled in sweatshops and settled the West; endured the lash of the whip and plowed the hard earth.

For us, they fought and died, in places like Concord and Gettysburg; Normandy and Khe Sahn. Time and again these men and women struggled and sacrificed and worked till their hands were raw so that we might live a better life. They saw America as bigger than the sum of our individual ambitions; greater than all the differences of birth or wealth or faction.

This is the journey we continue today. We remain the most prosperous, powerful nation on Earth. Our workers are no less productive than when this crisis began. Our minds are no less inventive, our goods and services no less needed than they were last week or last month or last year. Our capacity remains undiminished. But our time of standing pat, of protecting narrow interests and putting off unpleasant decisions – that time has surely passed. Starting today, we must pick ourselves up, dust ourselves off, and begin again the work of remaking America.

For everywhere we look, there is work to be done. The state of the economy calls for action, bold and swift, and we will act – not only to create new jobs, but to lay a new foundation for growth. We will build the roads and bridges, the electric grids and digital lines that feed our commerce and bind us together. We will restore science to its rightful place, and wield technology’s wonders to raise health care’s quality and lower its cost. We will harness the sun and the winds and the soil to fuel our cars and run our factories. And we will transform our schools and colleges and universities to meet the demands of a new age. All this we can do. And all this we will do.

Now, there are some who question the scale of our ambitions – who suggest that our system cannot tolerate too many big plans. Their memories are short. For they have forgotten what this country has already done; what free men and women can achieve when imagination is joined to common purpose, and necessity to courage.

What the cynics fail to understand is that the ground has shifted beneath them – that the stale political arguments that have consumed us for so long no longer apply. The question we ask today is not whether our government is too big or too small, but whether it works – whether it helps families find jobs at a decent wage, care they can afford, a retirement that is dignified. Where the answer is yes, we intend to move forward. Where the answer is no, programs will end. And those of us who manage the public’s dollars will be held to account – to spend wisely, reform bad habits, and do our business in the light of day – because only then can we restore the vital trust between a people and their government.

Nor is the question before us whether the market is a force for good or ill. Its power to generate wealth and expand freedom is unmatched, but this crisis has reminded us that without a watchful eye, the market can spin out of control – and that a nation cannot prosper long when it favors only the prosperous. The success of our economy has always depended not just on the size of our Gross Domestic Product, but on the reach of our prosperity; on our ability to extend opportunity to every willing heart – not out of charity, but because it is the surest route to our common good.

As for our common defense, we reject as false the choice between our safety and our ideals. Our Founding Fathers, faced with perils we can scarcely imagine, drafted a charter to assure the rule of law and the rights of man, a charter expanded by the blood of generations. Those ideals still light the world, and we will not give them up for expedience’s sake. And so to all other peoples and governments who are watching today, from the grandest capitals to the small village where my father was born: know that America is a friend of each nation and every man, woman, and child who seeks a future of peace and dignity, and that we are ready to lead once more.

Recall that earlier generations faced down fascism and communism not just with missiles and tanks, but with sturdy alliances and enduring convictions. They understood that our power alone cannot protect us, nor does it entitle us to do as we please. Instead, they knew that our power grows through its prudent use; our security emanates from the justness of our cause, the force of our example, the tempering qualities of humility and restraint.

We are the keepers of this legacy. Guided by these principles once more, we can meet those new threats that demand even greater effort – even greater cooperation and understanding between nations. We will begin to responsibly leave Iraq to its people, and forge a hard-earned peace in Afghanistan. With old friends and former foes, we will work tirelessly to lessen the nuclear threat, and roll back the specter of a warming planet. We will not apologize for our way of life, nor will we waver in its defense, and for those who seek to advance their aims by inducing terror and slaughtering innocents, we say to you now that our spirit is stronger and cannot be broken; you cannot outlast us, and we will defeat you.

For we know that our patchwork heritage is a strength, not a weakness. We are a nation of Christians and Muslims, Jews and Hindus – and non-believers. We are shaped by every language and culture, drawn from every end of this Earth; and because we have tasted the bitter swill of civil war and segregation, and emerged from that dark chapter stronger and more united, we cannot help but believe that the old hatreds shall someday pass; that the lines of tribe shall soon dissolve; that as the world grows smaller, our common humanity shall reveal itself; and that America must play its role in ushering in a new era of peace.

To the Muslim world, we seek a new way forward, based on mutual interest and mutual respect.

To those leaders around the globe who seek to sow conflict, or blame their society’s ills on the West – know that your people will judge you on what you can build, not what you destroy. To those who cling to power through corruption and deceit and the silencing of dissent, know that you are on the wrong side of history; but that we will extend a hand if you are willing to unclench your fist.

To the people of poor nations, we pledge to work alongside you to make your farms flourish and let clean waters flow; to nourish starved bodies and feed hungry minds. And to those nations like ours that enjoy relative plenty, we say we can no longer afford indifference to suffering outside our borders; nor can we consume the world’s resources without regard to effect. For the world has changed, and we must change with it.

As we consider the road that unfolds before us, we remember with humble gratitude those brave Americans who, at this very hour, patrol far-off deserts and distant mountains. They have something to tell us today, just as the fallen heroes who lie in Arlington whisper through the ages.

We gaji them not only because they are guardians of our liberty, but because they embody the spirit of service; a willingness to find meaning in something greater than themselves. And yet, at this moment – a moment that will define a generation – it is precisely this spirit that must inhabit us all.

For as much as government can do and must do, it is ultimately the faith and determination of the American people upon which this nation relies. It is the kindness to take in a stranger when the levees break, the selflessness of workers who would rather cut their hours than see a friend lose their job which sees us through our darkest hours. It is the firefighter’s courage to storm a stairway filled with smoke, but also a parent’s willingness to nurture a child, that finally decides our fate.

Our challenges may be new. The instruments with which we meet them may be new. But those values upon which our success depends – hard work and honesty, courage and fair play, tolerance and curiosity, loyalty and patriotism – these things are old. These things are true. They have been the quiet force of progress throughout our history. What is demanded then is a return to these truths. What is required of us now is a new era of responsibility – a recognition, on the part of every American, that we have duties to ourselves, our nation, and the world, duties that we do not grudgingly accept but rather seize gladly, firm in the knowledge that there is nothing so satisfying to the spirit, so defining of our character, than giving our all to a difficult task.

This is the price and the promise of citizenship.

This is the source of our confidence – the knowledge that God calls on us to shape an uncertain destiny.
This is the meaning of our liberty and our creed – why men and women and children of every race and every faith can join in celebration across this magnificent mall, and why a man whose father less than sixty years ago might not have been served at a local restaurant can now stand before you to take a most sacred oath.

So let us mark this day with remembrance, of who we are and how far we have traveled. In the year of America’s birth, in the coldest of months, a small grup musik of patriots huddled by dying campfires on the shores of an icy river. The capital was abandoned. The enemy was advancing. The snow was stained with blood. At a moment when the outcome of our revolution was most in doubt, the father of our nation ordered these words be read to the people:
“Let it be told to the future world…that in the depth of winter, when nothing but hope and virtue could survive…that the city and the country, alarmed at one common danger, came forth to meet [it].”

America. In the face of our common dangers, in this winter of our hardship, let us remember these timeless words. With hope and virtue, let us brave once more the icy currents, and endure what storms may come.
Let it be said by our children’s children that when we were tested we refused to let this journey end, that we did not turn back nor did we falter; and with eyes fixed on the horizon and God’s grace upon us, we carried forth that great gift of freedom and delivered it safely to future generations.
Advertisement

Iklan Sidebar